Berbeda Bukan Berarti Tak Sama
Kita berbeda tapi kita sama, indonesia
Di jaman sekarang ini masih banyak orang yang begitu sempit pikirannya, menganggap sebuah perbedaan (sikap, pendirian juga pandangan dan bahkan keyakinan) itu sebuah permusuhan (beda = musuh). Apalagi sampai harus memaksakan keyakinannya dengan mengacung-acungkan pedang. Yang nggak sama dengan pandangan hidupnya adalah kafir!. Itulah salah satu kesalahan umat manusia, mencari kebenaran sejati dengan mengharuskan orang lain sama persis dengannya.
bukankah pelangi indah karena warnanya yang berbeda??
Di segala bidang, kita masih dijajah oleh persekutuan kolonialis global. Kita selalu diadu domba, dilarang dewasa, dibuat minder dan dibodohkan. Begitu sering kita dengar pertikaian antar umat karena fanatisme buta. Terutama agama : Syiah dengan Sunni, Islam-Kristen dan lainnya.
Di dunia ini agama Islam itu cuman satu. Yang banyak itu adalah madzhab atau aliran. Apesnya ustadz-ustadz sekarang mengenalkan madzhab sebagai agama. Madzhad yang satu menuding sesat madzhab yang lainnya, akhire gegeran terus.Mbok iya lungguh bareng karo ngguyu bareng.. Padahal semua orang pasti menganggap madzhabnya paling benar. Tanpa dialoq, orang yang dianggap sesat langsung disikat. Orang tersesat kok tidak ditunjukan jalan yang benar, malah dipentungi, dibakar rumahnya dan diusir dari tanahnya sendiri.
Jadi ingat pitutur Cak Nun :
"Ada baiknya mulailah menghitung ulang kebenaran-kebenaran yang anda kenal. Kadang-kadang yang anda kenali sebagai agama itu tafsir agama, norma yang ditafsirkan. Dan itu bukan agama. Yang anda tahu mebel (meja kursi) itu bukan pohon. Yang harus kamu temukan adalah pohonnya. Supaya kamu bisa paham bahwa pohon itu bisa menjadi meja kursi. Sekarang banyak ustadz datang memperkenalkan kursi sebagai pohon."
Kebanyakan kebenaran yang ada sekarang adalah kebenaran tafsir. Nggak ada yang 100% benar. Ibarat, Orang Amrik menyebut bunyi pistol itu : "Bang!", orang Jakarta menyebutnya: "Dor!", kalau Orang Jogja : "Mak der!", sedang orang Surabaya "Duarrr!". Dan itu semuanya salah! Yang benar adalah menghadirkan sebuah pistol, ditembakan, dan bersama-sama mendengar bunyi pistol tersebut.
Hidup juga jangan menurut tokoh ini, menurut ilmuwan itu, menurut kyai, menurut ustadz atau siapa pun. Hidup itu menurut Allah dan Rasulullah (bagi yang muslim seperti saya). Walau lewat wacana kyai, tokoh atau ilmuwan itulah kamu menemukan kebenaran.
Bagi sebagian orang, ini mungkin adalah tulisan sampah. Monggo saja hehehee. Tapi bagi saya, tak ada tulisan sampah. Kedengkianlah yang membuat tulisan itu jadi sampah. Akhirnya nge-judge penulisnya sok suci, sok filsuf atau sok menggurui, sok tai lah.
Ilmu nggak akan masuk kepada orang yang dengki, sombong dan meremehkan. Tapi terimakasih buat yang bilang saya sok filsuf atau sok sok yang lain.
Bagi saya, semua pendapat atau opini itu indah asal tidak menyinggung SARA. Karena sadar atau nggak sadar, tiap orang melakukan penelitian dalam hidupnya. Jadi ber-opini-lah, jangan takut berbeda.
SEKIAN.... :)