Tahun Baru dan Resolusi Yang Gagal
Di awal tahun baru, biasanya banyak orang yang membuat resolusi dalam hidupnya untuk satu tahun ke depan. Di media sosial penuh dengan status-status mengenai resolusi. Seolah-olah setiap pergantian tahun, manusia harus menuliskan resolusinya. Dengan menuliskan resolusinya di dinding media sosial maka diharapkan orang lain akan tahu apa yang nantinya menjadi tujuan di tahun yang akan datang.
Sebentar, sebenarnya dari tadi saya nggambleh soal resolusi, tapi maksud arti kata ini saya ndak mudeng sepenuhnya. Lha, njenengan yang dari tadi mbaca ternyata juga belum paham to? Ya udah, berhubung saya cowok baik hati dan tidak sombong, ini saya copas kan dari KBBI online.
- resolusi/re·so·lu·si/resolusi/r /rĂ©solusi/ n putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tentang suatu hal: rapat akhirnya mengeluarkan suatu -- yang akan diajukan kepada pemerintah.
Lho, ternyata artinya agak melenceng dari yang saya bayangkan. Ah tapi sudahlah, yang saya maksud resolusi di atas tentu njenengan semua juga sudah 'ngeh' sepenuhnya. Ndak usah kita perdebatkan lagi ya, lha wong sekarang udah tahun baru. Kapan Indonesia mau maju kalau manusianya lebih banyak berdebat bukan berbuat.
Sebelum ke resolusi tahun baru 2019, ada baiknya kita melihat spion sejenak. Sudah berapa banyak target-terget di tahun lalu yang berhasil njenengan capai sampai detik pergantian tahun sekarang? Kalau capaiannya bisa melebihi separuh, ya artinya njenengan cukup berhasil menata hidup dan melalui waktu demi waktu dengan efektif dan efisien.
Tapi kalau tidak ada seprapat pun target yang sanggup dilampaui, berarti ada yang ndak pas dengan hidup dan kehidupan anda. Entah njenengan yang kurang ngoyo (berusaha), greget atau target nya yang terlalu muluk-muluk.
Resolusi memang gampang sekali diucapkan, dituliskan bahkan dikumandangkan dengan gaya orasi para korlap yang penuh semangat. Tapi pada kenyataannya tidak segampang itu untuk dilaksanakan. Hal-hal sepele kerapkali jadi batu sandungan yang bikin njenengan terjungkal di tengah perjalanan. Mari kita coba telaah tanpa melibatkan referensi yang bisa dipertanggungjawabkan.
Pertama adalah sikap ndak disiplin.
Lha jelas, seperti yang disebutkan dalam sila 8, Dasa Darma Pramuka. Disiplin bahkan disebut duluan daripada berani dan setia. Kalau goal nya sudah jelas, tapi sikap kita masih saja santai dan ndak punya greget, ya mesti ndak bakal tercapai. Kurang disiplin ini seringkali menggagalkan resolusi-resolusi yang sudah njenengan targetkan.
Poin kedua yang biasanya potensial menjegal adalah kita kurang mengenal diri sendiri.
Misalnya ada yang bikin resolusi tahun ini mesti berwisata ke Korea. Ketemu Tayo misale. Padahal kenyataannya, kelebihan duit untuk ditabung aja hampir ndak pernah.
Ya bukannya mengajarkan untuk berbuat pesimis, tapi kita juga mesti pandai-pandai mengukur kemampuan diri agar tujuan yang telah kita tetapkan dapat dikerjakan. Iya to??
Poin yang terakhir adalah resolusinya ndak realistis.
Ini sebenarnya resolusi yang justru paling banyak ditulis dan seringkali juga tidak tercapai. Ho'oh, bagi para tuna asmara alias jomblo pasti memasukkan menikah dalam list resolusinya. Tapi terkadang mereka lupa bahwasanya pacar saja tiada, lha kog mau nikah.
Duuuuhhhh... Mbok ya targetnya diturunin levelnya dulu, misalnya jadi berhasil nembak gebetan dan akhirnya punya pacar, habis itu baru deh melangkah di pelaminan. Semua itu ada tahapannya kog mblo, harus tetap optimis. Jika njenengan dari tahun-tahun kemarin belum menemukan jodohmu,tetaplah tabah dan berusaha. Eh, siapa tahu jodohmu memang belum dilahirkan. Sing sabaaaaarrrr...
Nah, jadi bagaimana. Masih mau mbikin resolusi untuk tahun baru, atau cukup disimpan dalam hati saja tapi dilaksanakan dengan sekuat hati, tenaga dan pikiran. Hmm selamat beresolusi ya teman, selamat Tahun baru.